Pekanbaru, 20 Mei 2025 – FITRA Riau bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau sukses menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Ecological Fiscal Transfer (EFT) Goes to Campus” sebagai upaya memperkenalkan skema insentif fiskal berbasis ekologi kepada kalangan akademisi, khususnya mahasiswa. Acara ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman serta mendorong keterlibatan generasi muda dalam isu kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan difasilitatori oleh Saetika Dewi dari FITRA Riau dan dihadiri oleh Dalam sambutan pengantarnya, Koordinator FITRA Riau, Tarmizi, menyampaikan bahwa kegiatan Ecological Fiscal Transfer Goes to Campus ini merupakan bagian dari upaya FITRA Riau untuk menjembatani dunia akademik dengan dinamika kebijakan publik, khususnya yang berkaitan dengan isu lingkungan dan keadilan fiskal.
“Kami percaya bahwa kampus adalah ruang penting untuk membangun kesadaran kritis sekaligus melahirkan gagasan-gagasan segar dari generasi muda, khususnya mahasiswa, terhadap persoalan lingkungan yang saat ini semakin kompleks. Oleh karena itu, kami hadir di FISIP UNRI untuk mengajak mahasiswa mengenal lebih dekat konsep Ecological Fiscal Transfer dan berbagai praktik baik yang telah berjalan di beberapa daerah,” ujar Tarmizi.
Ia menambahkan, selama ini FITRA Riau telah mendorong kebijakan Transfer Anggaran Kabupaten Berbasis Ekologi (TAKE) di sejumlah daerah di Riau, seperti di Kabupaten Siak dan Bengkalis. Menurutnya, skema ini tidak hanya memberi insentif kepada desa-desa yang menjaga lingkungan, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
“Mahasiswa tidak boleh hanya menjadi penonton. Harus mulai terlibat, baik melalui riset, pengabdian, maupun advokasi kebijakan publik. Isu lingkungan tidak bisa lagi dipisahkan dari agenda keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.
Tarmizi juga berharap, melalui kegiatan ini akan muncul lebih banyak kolaborasi antara mahasiswa, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil untuk memperkuat kebijakan berbasis ekologi di tingkat lokal. Ia menutup sambutannya dengan menyerukan pentingnya membangun solidaritas lintas sektor demi menyelamatkan lingkungan dan masa depan generasi mendatang.
Dr. Auradia Marta, Wakil Dekan FISIP UNRI, yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif ini. Ia menekankan bahwa isu lingkungan hidup dan keberlanjutan harus menjadi fokus utama dalam pembangunan nasional. “Kami berharap diskusi ini mampu menghasilkan rekomendasi kebijakan berbasis ekologi yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh mahasiswa,” ujarnya.
Dalam sesi diskusi, para narasumber dari akademisi, aktivis, dan praktisi kebijakan memaparkan konsep Ecological Fiscal Transfer (EFT) yang merupakan skema transfer keuangan dari pemerintah nasional maupun daerah kepada pemerintah daerah atau desa sebagai insentif atas kinerja menjaga lingkungan. Skema ini dinilai mampu memperkuat tata kelola lingkungan dan mendorong partisipasi masyarakat.
Selain memperkenalkan EFT, acara ini juga mengangkat praktik Transfer Anggaran Kabupaten berbasis Ekologi (TAKE) di beberapa daerah di Riau seperti Siak dan Bengkalis, yang telah mengalokasikan dana lingkungan berbasis kinerja desa. Skema ini dinilai efektif dalam menumbuhkan inovasi desa dan keberlanjutan pembangunan berbasis kearifan lokal. Dalam diskusi juga disampaikan bahwa hingga tahun 2025, tercatat 24 kabupaten/kota dan 1.784 desa telah menerapkan skema serupa di Indonesia, dengan total alokasi dana mencapai Rp 4,4 triliun.
Beberapa pembicara menyoroti pentingnya pendekatan kolaboratif melalui model Quintuple Helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, sektor industri, masyarakat sipil, dan alam. Dalam konteks ini, mahasiswa diharapkan berperan aktif melalui penelitian, publikasi ilmiah, diskusi kebijakan, hingga pengabdian masyarakat yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.
Acara ditutup dengan penegasan bahwa penyelamatan lingkungan hidup membutuhkan kolaborasi lintas aktor, mulai dari pemerintah, CSO, media, hingga kelompok muda dan perempuan. FITRA Riau juga menegaskan komitmennya untuk terus mendorong kajian, pendampingan, dan pengembangan kebijakan TAKE di berbagai daerah.
“Mahasiswa harus menjadi bagian dari perubahan. Tak cukup hanya tahu teori, tapi harus terjun dan berkontribusi dalam membangun kampung halaman yang berkelanjutan,” pungkas salah satu pembicara- Gusmansyah Fitra Riau
Melalui kegiatan ini, FITRA Riau berharap semangat ekologisasi fiskal dapat menular ke generasi muda, mendorong lebih banyak riset tematik, dan memperkuat sinergi antara kampus dan kebijakan publik berbasis lingkungan.