• Privacy Policy
  • Contact Us
No Result
View All Result
Selasa, Oktober 21, 2025
FITRA RIAU
Advertisement
PODCAST
BELA ANGGARAN
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Agenda Utama
    • Program
    • Donor dan Mitra
  • Kegiatan
    • Diskusi dan Lokakarya
    • Pendampingan
    • Penguatan Kapasitas
  • Publikasi
    • Policy Brief
    • Factsheet
    • Infografis
    • Buku dan Panduan
    • Laporan Penelitian
    • Laporan Tahunan
    • Laporan Keuangan
  • Media
    • Siaran Press
    • Fitra Riau diBerita
    • Podcast Anggaran Kita
    • Editorial dan Opini
    • Galeri
  • Layanan
    • Info Anggaran
    • BeLA-Anggaran
    • Digitalisasi Desa
    • Pengaduan Rujukan
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Agenda Utama
    • Program
    • Donor dan Mitra
  • Kegiatan
    • Diskusi dan Lokakarya
    • Pendampingan
    • Penguatan Kapasitas
  • Publikasi
    • Policy Brief
    • Factsheet
    • Infografis
    • Buku dan Panduan
    • Laporan Penelitian
    • Laporan Tahunan
    • Laporan Keuangan
  • Media
    • Siaran Press
    • Fitra Riau diBerita
    • Podcast Anggaran Kita
    • Editorial dan Opini
    • Galeri
  • Layanan
    • Info Anggaran
    • BeLA-Anggaran
    • Digitalisasi Desa
    • Pengaduan Rujukan
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
No Result
View All Result
FITRA RIAU
No Result
View All Result

Ketimpangan Fiskal: Negara Kaya, Daerah Terjepit

Opini:

September 3, 2025
in Editorial dan Opini

Setiap tahun, belanja negara terus meningkat. Rata-rata, pertumbuhan belanja nasional mencapai 6% per tahun. Namun, dari total anggaran yang digelontorkan, hanya 27% yang ditransfer ke daerah dan desa. Sisanya sebesar 73% tetap dikelola pemerintah pusat. Angka ini menunjukkan betapa ketergantungan fiskal daerah pada pusat masih sangat tinggi, dan ruang fiskal daerah semakin menyempit.

Data terbaru memperlihatkan kontras yang semakin tajam. Pada tahun 2026, pendapatan negara diproyeksikan meningkat sekitar 10%, dari Rp2.865,5 triliun (outlook 2025) menjadi Rp3.147,7 triliun (2026). Kenaikan ini tentu menjadi kabar baik bagi APBN dan pemerintah pusat yang mendapatkan tambahan ruang fiskal untuk membiayai agenda pembangunan.

Namun, pada saat yang sama, justru pendapatan daerah dipastikan menurun. Penyebab utamanya adalah pemangkasan Dana Transfer ke Daerah (TKD). Di Provinsi Riau, misalnya, seluruh kabupaten/kota diproyeksikan mengalami penurunan signifikan, mulai dari 11,4% hingga 22,0%. Bagi daerah yang PAD-nya relatif kecil, penurunan ini akan menjadi pukulan keras terhadap kemampuan mereka membiayai pelayanan publik dasar.

Daerah Menjadi Garda Depan, Tapi Minim Sumber Daya

Ironisnya, beban pelayanan publik terbesar justru berada di daerah. Pemerintah kabupaten/kota harus menyediakan layanan dasar, antara 60-70% belanja daerah digunakan untuk peningkatan layanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, pengentasan kemiskinan, hingga penanggulangan bencana. Dengan transfer pusat yang dipangkas, mereka dipaksa berhemat dan menunda banyak program yang langsung menyentuh kebutuhan rakyat.

Kondisi ini melahirkan paradoks pembangunan. Di satu sisi, pusat menikmati kenaikan pendapatan negara. Di sisi lain, daerah yang menjadi ujung tombak pelayanan harus bertahan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Akibatnya, kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah semakin melebar.

Di Riau, misalnya, meski menjadi salah satu lumbung migas nasional dengan kontribusi besar ke kas negara, kondisi masyarakat masih menghadapi banyak masalah. Angka kemiskinan di Riau masih sekitar 6,5%, dengan kantong kemiskinan di wilayah pesisir dan pedalaman. Tingkat pengangguran terbuka Riau berada di kisaran 5,5%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Infrastruktur dasar seperti jalan desa, air bersih, dan layanan kesehatan masih jauh dari ideal di banyak kabupaten. Dengan pemangkasan TKD hingga 22%, banyak program daerah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat akan tertunda atau dipangkas.

Risiko Kesenjangan Antarwilayah

Ketidakseimbangan ini menunjukkan adanya jurang fiskal antara pusat dan daerah. Pemerintah pusat menguasai porsi besar dari pendapatan negara, sementara daerah harus mengandalkan transfer yang justru dipangkas. Secara nasional, Pendapatan Asli Daerah (PAD) rata-rata hanya menyumbang sekitar 15–20% dari total APBD, sisanya bergantung pada transfer pusat. Dengan pemangkasan TKD, ketergantungan ini semakin parah. Daerah tidak hanya miskin ruang fiskal, tetapi juga dibatasi dalam melakukan inovasi kebijakan karena terkekang oleh keterbatasan anggaran.

Penurunan TKD tidak hanya mengganggu keseimbangan fiskal daerah, tetapi juga berpotensi memperlebar kesenjangan antarwilayah. Daerah kaya sumber daya, seperti penghasil minyak dan gas, mungkin masih bisa bertahan. Namun, daerah dengan PAD rendah akan semakin bergantung pada pusat. Dalam jangka panjang, ini bisa memperdalam ketimpangan pembangunan antarwilayah di Indonesia.

Riau adalah contoh nyata. Sebagai salah satu lumbung migas nasional, daerah ini justru harus menanggung konsekuensi pemangkasan TKD. Padahal, masyarakat Riau masih menghadapi persoalan klasik: infrastruktur desa yang terbatas, akses layanan kesehatan dan pendidikan yang belum merata, serta tingginya angka kemiskinan di beberapa kabupaten.

Mengapa Reformasi Fiskal Mendesak?

Kondisi ini menegaskan perlunya reformasi fiskal yang lebih adil dan berpihak pada daerah. Ada beberapa langkah yang mendesak dilakukan Pemerintah Pusat dan Daerah, yaitu;

  • pertama, Meningkatkan proporsi transfer ke daerah dan desa. Peningkatan pendapatan negara seharusnya diikuti dengan alokasi yang lebih besar untuk daerah, bukan sebaliknya.
  • Kedua, Mendorong kemandirian fiskal daerah. Optimalisasi PAD perlu dilakukan, baik melalui perbaikan tata kelola pajak daerah, pemanfaatan aset, maupun inovasi pendapatan yang tidak membebani rakyat.
  • Ketiga, Transparansi dan akuntabilitas. Peningkatan dana daerah harus dibarengi dengan pengawasan ketat agar benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
  • Keempat, Revisi kebijakan transfer. Formula pembagian TKD perlu ditinjau ulang agar lebih adil, tidak hanya berbasis pada kepentingan pusat, tetapi juga memperhatikan kebutuhan riil masyarakat daerah.

Menutup Jurang Fiskal Pusat-Daerah

Negara tidak bisa terus membiarkan jurang fiskal antara pusat dan daerah semakin melebar. Pusat boleh saja berbangga dengan kenaikan pendapatan setiap tahunnya. Tetapi jika pada saat yang sama daerah justru kehilangan kemampuan membiayai layanan dasar.

Jika ketimpangan fiskal ini dibiarkan, maka agenda pemerataan pembangunan hanya akan menjadi slogan. Pusat mungkin menikmati surplus ruang fiskal, tetapi daerah akan terus terjebak dalam lingkaran ketergantungan struktural. Yang paling dirugikan tentu rakyat, yang berhadapan langsung dengan keterbatasan layanan publik di daerah.

Pemerataan pembangunan hanya bisa tercapai bila daerah diberi ruang fiskal yang cukup. Kenaikan pendapatan negara seharusnya menjadi kabar baik bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya bagi pusat. Karena sejatinya, pembangunan bukan hanya soal angka di APBN, tetapi tentang kemampuan daerah menyediakan layanan publik yang layak bagi warganya dan pada akhirnya, pembangunan sejati hanya bisa terwujud jika daerah diberi ruang yang cukup untuk bernapas, bergerak, dan membangun.

Penulis: Tarmidzi (Koordinator Fitra Riau)

ShareTweetSend

Info Terkait

M.Syahrudin
Editorial dan Opini

Dampak Pemangkasan TKD terhadap Pembangunan Desa

Oktober 13, 2025
10
REVISI UU 23/2014: MENATA ULANG OTONOMI DAERAH DAN KEWENANGAN LINGKUNGAN
Editorial dan Opini

REVISI UU 23/2014: MENATA ULANG OTONOMI DAERAH DAN KEWENANGAN LINGKUNGAN

Maret 19, 2025
663
Editorial dan Opini

Karena Mendagri,Gubernur Riau Cukup Bijak,walau Keliru dalam PLT-Kan Sekwan dan kadis.

Juni 13, 2022
43
Editorial dan Opini

NAHKODA UNTUK NEGERI JUNJUNGAN. TITISAN,TAK ELOK SALAH HALUAN

Maret 1, 2021
58
Next Post
Transparansi PAD Untuk Meningkatkan Kepercayaan Publik & Morale

Transparansi PAD Untuk Meningkatkan Kepercayaan Publik & Morale

Diskusi dan Lokakarya

Gelar Diskusi, Fitra Tampung Gagasan Para Akademisi Untuk Kajian Pengetasan Kemiskinan Melalui Pemanfaatan DBH-Migas

Maret 21, 2023
109

3 Desa Sekitar Sumur Migas di Bengkalis,“Ikuti Sosialisasi Pemanfaatan DBH Migas & Akuntabilitas CSR”

Maret 10, 2023
108

Disambut dengan hangat, Fitra sampaikan Sosialisasi Program di Desa Koto Tandun

Maret 10, 2023
28

Dua Desa di Kabupaten Pelalawan Menjadi Sasaran Program Optimalisasi DBH-Migas

Maret 9, 2023
119

Pemdes Bonai, Apresiasi FITRA adakan Sosialisasi Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Migas dan Peningkatan Akuntabilitas Sosial “CSR” untuk penanggulangan kemiskinan.

Maret 8, 2023
44

Pendampingan

Penyambutan Mahasiswa Magang Prodi Pendidikan Masyarakat UNRI di FITRA Riau:

Mahasiswa Pendidikan Kemasyarakatan FKIP UNRI Magang di Fitra Riau:Perkuat Peran dalam Pembelajaran Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Februari 25, 2025
18

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UNRI Magang di FITRA Riau: Mengasah Keterampilan dalam Memahami Tata Kelola Anggaran dan Transparansi Anggaran Publik.

Februari 24, 2025
53

Mahasiswa FKIP UNRI Rampungkan Magang di Fitra Riau, Siap Berkontribusi untuk Masyarakat

November 5, 2024
8

GELAR WORKSHOP, FITRA DAMPINGI DPMD DALAM PROSES VERIFIKASI PENILAIAN KINERJA DESA TAHUN 2024

Oktober 22, 2024
11

Fitra Riau memberikan Bantuan Pertanian Untuk peningkatkan Pemberdayaan Perempuan di Desa Bumbung

Oktober 27, 2023
39

Sekretariat Fitra Riau

Jl. Rw. Indah, Sidomulyo Bar., Kec. Tampan,
Kota Pekanbaru, Riau 28294

Hubungi Kami

Tertarik berkerjasama dengan kami hubungi kami:
No. Telepon: ………
Email: …………

Layanan Pengaduan

Jika menemukan masalah pelayanan publik, dugaan korupsi Hubungi Kami




© 2023 Fitra Riau - Developed with 💙 by webee.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Agenda Utama
    • Program
    • Donor dan Mitra
  • Kegiatan
    • Diskusi dan Lokakarya
    • Pendampingan
    • Penguatan Kapasitas
  • Publikasi
    • Policy Brief
    • Factsheet
    • Infografis
    • Buku dan Panduan
    • Laporan Penelitian
    • Laporan Tahunan
    • Laporan Keuangan
  • Media
    • Siaran Press
    • Fitra Riau diBerita
    • Podcast Anggaran Kita
    • Editorial dan Opini
    • Galeri
  • Layanan
    • Info Anggaran
    • BeLA-Anggaran
    • Digitalisasi Desa
    • Pengaduan Rujukan
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English

© 2023 Fitra Riau - Developed with 💙 by webee.